Sabtu, 03 Oktober 2020

Al-Habib Husein bin Hadi Al-Hamid, Waliyullah Yang Berumur Panjang

Habib Husein termasuk seorang Waliyullah yang berumur panjang dan jauh dari penyakit-penyakit. Selian itu, ia sampai akhir hayatnya tidak pernah absen shalat Subuh berjamaah
Di Desa Brani Kulon, Kraksan, Probolinggo (Jawa Timur), ada seorang Habib yang berumur panjang, ia wafat dalam usia 124 tahun. Ketika ditanya, kenapa ia tidak punya penyakit?
”Di hati saya, tidak mempunyai sedikit pun rasa iri dan dengki terhadap pemberian orang lain,” demikian kata Habib Husein bin Hadi bin Salim Al-Hamid.

Selain itu, kunci dari Habib Husein berumur panjang adalah tidak lain karena ia secara istiqamah shalat Subuh berjemaah di Masjid dan gemar melakukan jalan kaki sekitar satu jam. Habib Husein berjalan kaki tiap sambil berdakwah, setiap tempat yang beliau lalui selalu ia mendatangkan rahmah. Ia berjalan kaki dari rumahnya yang ada di Brani keliling kampung atau ke pasar. Dengan berjalan kaki tiap pagi, seluruh peredaran darah dalam tubuh jadi lancar. Udara segar yang dihirup membuat kesegaran tubuh tetap prima, itulah salah satu keistimewaan waktu dari shalat Subuh.

Habib Husein sendiri lahir di Hadramaut, Yaman Selatan pada tahun 1862 M dari pasangan Habib Hadi bin Salim Al-Hamid dan Ummu Hani. Dari kecil, Habib Husein dididik langsung oleh kedua orang tuanya itu. Patut diketahui, Habib Hadi bin Salim Al-Hamid, ayahanda Habib Husein, dikenal sebagai salah seorang wali yang kesohor di Hadramaut. Habib Husein dibesarkan sampai umur 86 tahun di Hadramaut.
Bagi orang sekarang, usia 86 tahun itu sudah memasuki usia senja, kakek-kakek di mana orang sudah mulai kehilangan kekuatan dan gairahnya. Namun bagi Habib Husein, usia seperti itu tergolong muda. Kekuatannya tak jauh berbeda dengan usia pemuda saat ini. Itulah salah satu kekuatan Habib Husein.

Di usia 86 tahun atau tepatnya 1929 M, ia masih senang mengembara ke berbagai negeri. Termasuk ke Gujarat dengan menggunakan kapal laut bersama saudagar-saudagar Arab yang berdagang melanglang buana ke berbagai negeri. Sejak itu ia Habib Husein meninggalkan Yaman dan tidak pernah kembali lagi ke sana.
Sekitar 2 tahun, Habib Husein tinggal di Gujarat. Selama di Gujarat, ia berguru pada ulama setempat dan berdagang. Setelah itu, ia kembali mengembara ke Indonesia dengan menggunakan kapal saudagar yang menuju Batavia (atau Jakarta saat ini). Tak berapa lama kemudian, ia mengembara lagi ke berbagai daerah dan akhirnya ia sampai ke kota Pekalongan. Di kota ini, Habib Husein kemudian berguru pada seorang wali besar, yakni Habib Ahmad bin Abdullah bin Thalib Alattas hingga beberapa tahun lamanya.
Kepada auliya’ yang sangat terkenal di Kota Pekalongan itu, Habib Husein selain berguru ilmu lahir, ia juga mendalami ilmu batin. Sebagai tanda bahwa Habib Husein telah mencapai maqam kewalian yang mumpuni, ia kemudian dihadiahi sebuah sorban (kain putih) dan kopiah putih dari Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Alattas.
Atas pesan Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Alattas (Pekalongan), Habib Husein kemudian mengasah ilmu kepada Habib Muhammad bin Muhammad Al- Muhdhor, yang tidak lain adalah guru dari Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Alatas. Selama menjadi murid Habib Muhammad, Habib Husein senantiasa menadapat perintah untuk berdakwah ke berbagai daerah.

Salah satu tugasnya yang terakhir dari gurunya itu, Habib Husein diperintahkan untuk menyebarkan dakwah ke Brani Kulon, Kecamatan Maron, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ia masuk ke desa yang terpencil itu sekitar tahun 1939. Saat itu kondisi desa Brani masih berupa hutan belantara dan sarang penyamun. Tampaknya, Habib Husein memang sengaja ditugasi untuk membrantas para penyamun untuk kembali ke jalan Allah SWT.

Setelah Habib Husein tinggal di Brani Kulon, ia langsung membuka dakwah dan dakwahnya itu diterima secara luas ke seluruh pelosok Kab Probolinggo. Tak mudah seperti dibayangkan, Habib Husein tidak langsung menempati rumah mewah di Brani. Ia harus membabat alas terlebih dahulu, bahkan ia hidup menumpang pada salah satu penduduk setempat.
Kendati hanya hidup menumpang, ia tetap gigih berdakwah dalam rangka menyebarkan ajaran Islam. Kendati tempat tinggalnya menumpang, tetapi penyebaran Islam tak pernah berhenti hingga kemudian ia berhasil mendirikan pesantren kecil. Di desa itu pula ia mengakhiri masa lajangnya.

Dalam sebuah perjalanan bersama para habaib dari berziarah ke Makam Habib Husein bin Abdullah Alaydrus (Kramat Luar Batang, Penjaringan, Jakarta Utara). Habib Husein di dalam kereta api pernah dipaksa untuk menyediakan tempat duduknya oleh seorang pemuda kumal dan hanya memakai kaos oblong. Melihat seorang pemuda yang berdiri di depannya, Habib Husein kemudian berdiri sembari menyerahkan tempat duduknya kepada pemuda asing itu. Setelah berdialog beberapa saat dan Habib Husein memberi bekal uang yang tersisa pada pemuda tersebut. Tak berapa lama, tiba-tiba pemuda asing itu menghilang begitu saja. Ketika teman-teman Habib Husein mendapatinya sendirian, dan menanyakan tentang keberadaan pemuda asing tadi, Habib Husein berkata,”Dia itu sebenarnya adalah Nabiyallah Khiddir Alaihi Salam.”

Amaliah Habib Husein tidak saja menyeimbangkan ibadah dengan Allah SWT (hablumminnallah), ia juga menjalin hubungan yang erat dengan Umat (hablumminannas). Sering Habib Husein berjalan-jalan ke pasar dan melihat pedagang yang barang dagangannya tidak habis terjual atau malah tidak terjual sama sekali. Habib Husein tak segan-segan memborong barang dagangan dari pedagang yang ada di pasar agar si pedagang itu tidak menderita kerugian, atau minimal sang pedagang mendapat keuntungan. Tak pelak dengan keseimbangan amaliah itu, dakwahnya diterima dengan baik oleh masyarakat luas.

Tak hanya itu, dalam soal keilmuan, para santri PP Aswaja Brani Kulon sangat mempercayai kalau Habib Husein itu adalah titisan dari Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Ikhwalnya ia mendapat julukan Titisan Syeikh Abdul Qadir Jaelani, adalah ketika Habib Ahmad, salah seorang sahabatnya pernah bermunajat kepada Allah agar bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Dalam mimpinya, ia dipertemukan dengan Syeikh Abdul Qadir Jaelani yang bersorban putih, dan ketika didekati ternyata wajah itu adalah wajah Habib Husein bin Hadi Al-Hamid.

Sebagaimana banyak diketahui, Habib Husein kerap dikunjungi oleh para Habaib pada jamannya seperti salah seorang habib yang dikenal sebagai salah satu pejuang RI yakni Habib Soleh Tanggul (Jember). Habib Husein juga mempunyai kedekatan khusus dengan Habib Abdullah bin Abdul Qadir Bilfaqih (Darul Hadits, Malang) dan lain-lain. Bahkan anak cucu keturunan dari Habib Husein banyak yang masuk pesantren Darul Hadits, seperti Habib Muhammad Shodiq (anak), Habib Abdul Qadir (cucu), Habib Salim (cucu). Sekarang pesantren peninggalan Habib Husein di asuh oleh Abdul Qadir bin Muh Shadiq bin Husein Al-Hamid.

Habib Husein wafat hari Jum’at Legi, 11 Safar 1406 H/25 Januari 1986. Jenazahnya kemudian di makamkan di sebelah utara Masjid Al Mubarok, komplek Pondok Pesantren Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Desa Brani Kulon, Kecamatan Maron, Probolinggo, Jawa Timur.

disarikan dari Manakib Habib Husein yang disusun oleh Habib Abdul Qadir bin Muhammad Shodiq bin Husein bin Al-Hamid.

Senin, 14 September 2020

Karomah Habib Umar bin Hafidz

Karomah Habib Umar bin Hafidz Muncul Dalam Mimpi Muridnya

Dikisahkan ole Habib Mundzir, dulu waktu aku masih belajar di kota ini (Tarim), ada salah satu murid Al Habib Umar bin Hafidz yang melakukan pelanggaran berat yaitu mabuk minuman keras. Mengetahui akan hal itu, Habib Umar menjadi marah besar. Aku tidak pernah melihat Habib Umar marah seperti waktu itu (memang jarang sekali beliau marah, bahkan hampir tidak pernah) Akhirnya anak itu dipulangkan ke negaranya (Indonesia).

Sepulangnya ia ke Indonesia, perbuatannya semakin hari semakin parah. Setiap malam ia pergi ke diskotik dan minum minuman keras, kami tahu bahwa hal ini terjadi disebabkan kemarahan Habib Umar. Ketika aku pulang ke Indonesia, aku mendengar bahwa anak itu meninggal dunia. Aku datang ke rumahnya untuk bertakziah, di sana aku bertemu dengan ayahnya. Sang ayah lantas menceritakan semua yang terjadi pada anaknya: ”Alhamdulillah… anakku ini sudah bertobat sebelum ia wafat.

Seminggu sebelum wafatnya, ia mimpi bertemu gurunya Habib Umar bin Hafidz, beliau berkata pada anakku: ”al’aan waqtak.. sekarang sudah tiba waktumu.” Keesokan harinya, ia mengaku bahwa semua keinginan maksiatnya telah hilang. Entah kenapa mulai saat itu yang ia kerjakan hanyalah pergi ke masjid, membaca al Quran dan berdoa sambil menangis dalam shalat tahajjudnya. Sampai akhirnya ia meninggal dunia seminggu setelahnya.”

Karomah Habib Umar bin Hafidz Yang Diluar Akal

Dikisahkan bahwa ketika seorang aktifis senior yang berasal dari Yaman sedang sakit, sedangkan Guru Mulia Al Habib Umar pada saat itu menjalani ibadah umrah, dan aktifis ini sakit parah dan akhirnya dibawa ke Jordan untuk operasi, namun operasinya gagal, ia pun wafat, sudah dipakaikan kejut jantung berkali-kali namun dia tak lagi bernafas dan jantungnya pun berhenti. Iapun di dorong ke kamar mayat, teman yang menemaninya menangis sambil melihat aktifis itu didorong ke kamar mayat dengan kedua telapak kaki agak tersingkap.

Maka kemudian dia menelepon Guru Mulia Al Habib Umar di medan umrah, menyampaikan belasungkawa dan kabar duka kematian sang aktifis. Namun dengan sekejap guru mulia menjawab dengan tegas hanya dengan satu kata: "TIDAK...!!! lalu beliau menutup telpon. Ucapan beliau yang saat mengatakan TIDAK itu dalam waktu yang sama ibu jari si mayit bergerak dan ia hidup kembali. Kejadian itu sekitar 4 tahun yang lalu dan ia hingga kini masih sehat wal afiah. Ucapan TIDAK itu merupakan salah satu keramat kemuliaan dari Wali ALLAH, yaitu membangkitkan yang mati hidup kembali.

Guru Mulia kita bukan sembarang guru, bagaikan paduan sosok samudera syariah, samudera dakwah, samudera ibadah, samudera makrifah dan haqiqah. Semoga kita dikumpulkan kelak bersama beliau disurga firdaus-Nya. Aamiin.

Karomah Habib Umar bin Hafidz Menundukkan Singa

Diambil dan diedit dari tulisan KH. Mukhlas Noer (Ketua Ponpes Lirboyo Kediri). Kisah ini juga pernah disinggung oleh almarhum al-Habib Mundzir bin Fuad al-Musawa.

Suatu saat al-Habib Umar bin Hafidz ingin melakukan perjalanan dakwah ke pedalaman Afrika. Ketika itu beliau ditemani oleh seorang muallaf bernama Khomis. Khomis adalah salah satu diantara orang-orang yang masuk Islam melalui perantara tangan al-Habib Ahmad Masyhur bin Thaha al-Haddad dan sering membantu kegiatan dakwah beliau selama di daerahnya. Pedalaman Afrika yang ingin dikunjungi oleh al-Habib Umar harus melewati hutan belantara, yang mana hutan belantara Afrika terkenal akan hewan buasnya. Tapi dengan mantap Habib Umar bin Hafidz memberikan isyarat untuk segera berangkat.

Dimulailah perjalanan dakwah beliau. Sebelum masuk ke dalam hutan, beliau beserta rombongan dihentikan oleh beberapa orang polisi yang sedang berjaga di sebuah pos dekat dengan hutan yang ingin dilalui oleh al-Habib Umar. Mereka hendak memperingatkan agar al-Habib Umar tidak memasuki hutan karena hari sudah malam. Ditakutkan beliau dan rombongan akan diserang oleh beberapa hewan buas yang keluar untuk mencari mangsa di saat malam tiba. Al-Habib Umar pun keluar dari mobil yang ditumpanginya dan berdiri di samping mobil tersebut. Serta merta al-Habib Umar memerintahkan seseorang untuk menggelar tikar di dekat mobil dan memerintahkan rombongan untuk membaca Maulid al-Habsyi (Simthud Durar).

Pembacaan maulid pun dimulai. Karena para polisi yang berjaga di pos itu beragama Kristen, mereka pun hanya bisa menonton dari kejauhan. Setelah pembacaan maulid selesai, al-Habib Umar mendapat isyarat untuk melanjutkan perjalan malam itu juga. Para polisi itu tetap berusaha untuk mencegahnya, tapi al-Habib Umar bersikeras ingin melanjutkan perjalanannya. Para polisi pun kalah argumen dan berinisiatif untuk mengikuti al-Habib Umar dari belakang menggunakan mobil lain, takut kalau tejadi apa-apa dengan al-Habib Umar dan rombongan.

Di tengah perjalanan hal yang dikhawatirkanpun terjadi. Di depan mobil yang ditumpangi oleh al-Habib Umar, muncul seekor singa. Ketika itu al-Habib Umar duduk di kursi depan. Mulailah singa itu mengitari mobil tersebut. Walaupun demikian sang Habib tetap tenang, berbeda dengan rombongan lain yang mulai menunjukkan rasa ketakutannya. Tak lama kemudian singa itu berhenti di depan jendela sebelah tempat duduk al-Habib Umar, lalu menaikkan kaki depannya ke atas jendela. Al-Habib Umar pun tetap tenang tanpa menunjukkan rasa ketakutan sedikitpun. Lalu beliau berkata kepada supir: “Turunkan jendela ini!” Supir pun menjawab dengan ketakutan: “Ya Habib, ini singa!” Tapi al-Habib Umar tetap ingin agar dia menurunkan jendela tersebut. Kaca jendela pun diturunkan. Suatu kejadian menakjubkan pun terjadi, al-Habib Umar mengajak bicara singa tersebut! “Hai singa! Kami ini adalah utusan Rasulullah Saw.”

Kemudian al-Habib Umar mengambil sebuah pisang dan memberikannya kepada singa itu. Singa yang biasanya makan daging, kali ini mau memakan pisang yang diberikan al-Habib Umar. Setelah memakan pisang itu, singa mengangguk-anggukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan al-Habib Umar dan rombongan. Perjalanan pun kembali dilanjutkan. Tak lama kemudian al-Habib Umar dan rombongan sampai ke tempat tujuan.

Setelah menyaksikan kejadian yang luar biasa itu, para polisi yang sebelumnya beragama Kristen itupun ingin mengikrarkan diri mereka untuk masuk agama Islam. Ternyata kejadian yang mereka saksikan menjadi sebab hidayah Allah Swt. yang ingin mengembalikan mereka ke dalam pelukan Islam.

Karomah Habib Umar bin Hafidz Menundukkan Jin

Seorang santri Darul Musthofa dari Malaysia mendapat kabar yang cukup mengagetkan dari keluarganya di rumah. Kabarnya, ketika itu saudarinya yang di rumah sedang dirasuki oleh jin. Pihak keluarganya telah mengusahakan berbagai cara untuk mengeluarkan jin itu, tapi ternyata hasilnya nihil.

Akhirnya, santri ini berinisiatif untuk meminta bantuan kepada gurunya, Guru Mulia Habib Umar bin Hafidzh. Setelah Guru Mulia selesai menunaikan salah satu sholat, santri tadi memberanikan diri maju untuk mengutarakan hajatnya. Ia pun berkata, “Ya Habib…sekarang saudari saya di Malaysia sedang dirasuki oleh jin dan jin itu sangat susah untuk dikeluarkan”.

Guru Mulia langsung paham kalau santri ini sedang meminta bantuannya. Tiba-tiba Guru Mulia terlihat seperti memandang seseorang dan beliau pun berucap, “Ihtariq (artinya: terbakar kau)!!!”. Santri itu sempat bingung dengan apa yang dilakukan Guru Mulia, tapi ia hanya berhusnudzhon saja mungkin ada hikmah di balik semua ini. Lalu santri itu pun pamit untuk segera menghubungi keluarganya dan memastikan keadaan saudarinya. Dan Subhanallah…jin yang merasuki tubuh saudarinya itu telah keluar. Dan dia baru sadar maksud dari sikap Guru Mulia tadi, ternyata Guru Mulia tadi seperti memandang ke arah jin itu dan kemudian mengancamnya dengan ucapan beliau “ihtariq!!!”.

Seorang santri Darul Musthofa lain pernah ditanya oleh seorang Syekh di Tarim. Syekh itu berkata, “Apakah kau tahu mengapa gurumu sering diundang ke acara selamatan rumah baru??”. Santri itu menjawab bahwa ia tidak tahu. Lalu Syekh itu pun menjawab pertanyaannya sendiri, “Apabila gurumu itu hadir di rumah yang masih dihuni oleh jin, maka hanya dengan beliau melihat ke suatu arah, jin-jin di arah itu pun akan lari keluar dari rumah baru itu dan begitu seterusnya hingga rumah itu bersih dari para jin pengganggu tersebut.

Sumber : Ustadz Husnul Yaqin

Sabtu, 12 September 2020

Tasyahud Selama Sebulan

Al-Habib Ahmad bin Abdurrahman bin Ali Ibnu Rijalul Akabir imam muwadi Al ahqof Umar bin Seggaf as-Seggaf ayah dari al-Qutb al-Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Seggaf, suatu ketika menunaikan shalat Shubuh. 
Di waktu tasyahhud beliau mengalami fana (suatu keadaan yang membuat beliau lupa keadaan sekitarnya). 

Beliau tetap dalam keadaan duduk tasyahhud menikmati ma'iyyatulloh (kebersamaan dengan Allah) selama kurang lebih sebulan lamanya. 

Ketika akhirnya mengakhiri sholatnya dengan mengucap salam, beliau berkata; 

"Duhai alangkah lamanya aku sholat. Apakah kini telah masuk waktu Dhuha?" 

Anak-anak beliau menjawab; 

"Wahai Abah!! Engkau telah Istighraq billah selama satu bulan." 

Beliau spontan berseru; 

"Astaghfirulaah" 
dan segera mengqodlo semua sholatnya.

* Begitulah keadaan para Waliyyullah, walaupun beliau pada saat itu dalam keadaan fana...Akan tetapi setelah beliau selesai ma'iyatulloh, beliau pun segera mengqodho semua sholat yang beliau tinggalkan selama satu bulan tadi...Karena tidak ada beban bagi mereka dalam beribadah, semata-mata hanya rasa cinta dan rindu yang teramat sangat kepada sang Khalik ALLAH SWT

Subhanallah..!

Alfatehah
رَبِ فَانْفَعْنَــــــــا بِـبَرْكَتِهِـــــــمْ - وَاهْــــدِناَ الْحُسْنٰــى بِحُرْمَتِهِـــــــــمْ
وَاَمِـتْنَـــا فِي طَــــرِيْقَــــــــتِهِـــمْ - وَمُعَـــــــــــافَاةٍ مِـنَ الْـفِـــــــــــتَنِ

أعوذ بالله من الشيطان الرجيم.

 بسم الله الرحمن الرحيم. الحمد لله رب العالمين. الرحمن الرحيم. ملك يوم الدين. إياك نعبد وإياك نستعين. إهدناالصراط المستقيم. صراط الذين أنعمت عليهم غير المغضوب عليهم ولاالضالين...
امين...امين امين يا رب العالمين
اَللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ ﷺ

Kamis, 27 Agustus 2020

Persiapan Sebelum Menikah

Pertanyaan:

assalamualaikum wr.wb ummi.. saya mau bertanya, persiapan apa saja yang disiapkan sebelum menikah? Mohon jawabannya dan terima kasih ummi..
Jawaban:

Jika anda ingin mendapatkan seorang suami atau istri yang sholeh atau sholehah maka jadikan pribadi anda sholeh atau sholehah terlebih dahulu karena seseorang yang baik akan mencari pasangan yang baik. Dan juga perbaiki diri anda terlebih dahulu sebagai bentuk ikhtiar anda dalam mencari pasangan yang baik. Beberapa hal yang harus anda perhatikan dan anda persiapkan sebelum menikah:

Memilih pasangan yang baik. Diantara sebab rumah tangga bisa menjadi tidak indah adalah karena salah dalam memilih pasangan. Carilah pasangan seperti apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW. Anda boleh melihat seseorang karena wajahnya, hartanya, nasabnya dan juga karakternya. Akan tetapi jangan sampai anda lewatkan untuk melihat dari agamanya. Lihatlah bagaimana hubungan dia dengan Allah, lihatlah bagaimana dia berinteraksi dengan orangtuanya dan lihatlah dengan siapa dia bergaul maka dari situlah anda akan bisa melihat seperti apa agamanya. Dan mungkin ada pertanyaan, bagaimana cara melihatnya? Nabi telah memberikan arahan arsil rasulan (utuslah seorang rasul). Siapa yang dimaksud Rasul disini? Maksud rasul diatas carilah seseorang yang amanah yang akan menjadi mata anda untuk bisa melihat tiga hal yang kami sebutkan diatas dan jika menurutnya calon pasangan anda itu adalah orang yang baik maka langkah selanjutnya yang harus anda lakukan adalah istikharah.
2. Istikharah

Istikharah itu meminta petunujuk kepada Allah terhadap langkah yang akan kita ambil. Jangan mengatur Allah dalam menentukan masa depan kita. Hendaknya kita beradab ketika meminta petunjuk kepada Allah SWT. Dan jangan katakan dengan permohonan yang memaksa seperti “ Ya Allah, jadikanlah dia pasanganku” atau “ Ya Allah, jika dia tidak baik untukku maka rubahlah agar menjadi baik untukku.” Akan tetapi berdoalah anda kepada Allah dengan sikap yang pasrah dan memohonlah dengan ucapan “ Ya Allah, jika dia memang baik untukku maka mudahkanlah urusan kami dan jika dia bukan yang terbaik untukku maka gantilah dengan yang lebih baik dan Engkau Maha Kuasa untuk mewujudkannya ya Rabb.” Dan jawaban dari istikharah anda bisa melalui mimpi, bisa juga dengan kelapangan hati yang anda rasakan atau kemudahan urusan yang anda dapatkan.
Mintalah doa kepada orang tua dan juga orang-orang sholeh dari guru-guru anda agar Allah memberikan yang terbaik untuk dunia dan akhirat. Setelah itu pasrahkan urusan kepada Allah sambil terus berprasangka baik dengan apa yang Allah tetapkan untuk anda. Semoga prasangka baik anda akan menjadi sebab kemulian anda di dunia dan di akhirat.

Wallahu a’lam bii showaab..

Yuk, simak video selengkapnya dibwah ini: https://youtu.be/CQZlibNoov8

Oleh: Ummi Fairuz Ar-Rahbini

Link Artikel: https://ummifairuzarahbini.wordpress.com/2020/08/11/persiapan-sebelum-menikah/